SuaraMabes, Papua – Dalam keterangan yang dibrikan pada Sabtu (22/Mey/2021), Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Musthofa Kamal menjelaskan soal penyerangan terhadap Kapolda Papua, Irjen Mathius Fakhiri, saat sedang melayat ke rumah duka Wakil Gubernur Klemen Tinal.
“Penyerangan yang terjadi terhadap Kapolda Papua serta tamu yang datang ke rumah duka almarhum Klemen Tinal merupakan adat-istiadat masyarakat setempat, Kerabat Klemen Tinal dan masyarakat setempat melakukan ritual kepercayaan yang disebut dengan tarian waita,” jelas Musthofa.
Tarian Waita, tuturnya, merupakan kepercayaan atau adat-istiadat setempat yang dilakukan dengan cara menari sambil melempari tamu yang datang dengan berbagai benda. Namun, tarian itu tidak berlangsung lama.
“Itu tarian Waeta (Waita) sesuai adat mereka sambil menari dan melempari kaca dengan batang-batang kayu dan batu, Kapolda dan tamu yang lain berada di sekitar TKP. Itu kepercayaan mereka, tidak lama kemudian tenang seperti situasi berduka,” kata Musthofa.
Musthofa juga menegaskan, bah<span;>wa kejadian penyerangan terhadap Kapolda Papua di rumah duka, Klemen Tinal bukanlah suatu penyerangan.
“Melainkan kepercayaan budaya dan tarian waita dilakukan oleh kerabat, Klemen Tinal sebagai bentuk rasa duka yang serta kehilangan yang mendalam,” tutupnya.
Comment