MediaSuaraMabes, Flores– Warga sebuah desa di Kabupaten Manggarai Timur memutuskan untuk membangun jembatan secara swadaya setelah sekian lama diabaikan oleh pemerintah.
Warga dari Kampung Watu dan Ndawang, Desa Golowuas, Kecamatan Elar Selatan mengumpulkan dana secara sukarela demi membangun jembatan yang menjadi akses penting dalam aktivitas sehari-hari, termasuk bagi anak-anak sekolah.
Jembatan yang berada di Sungai Wae Emas merupakan bagian dari ruas jalan kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Komba Utara dan Kecamatan Elar Selatan.
Perbaikan jembatan telah berlangsung sejak 29 Agustus yang melibatkan warga dari dua kampung termasuk guru-guru, sopir dan warga lainnya.
Damasus Gagur, salah seorang warga Kampung Ndawang mengatakan, kondisi jembatan itu rusak parah sehingga tidak bisa dilalui oleh kendaraan angkutan umum.
Padahal, kata Dia, jembatan itu merupakan satu-satunya akses keluar masuk menuju beberapa wilayah di Desa Golo Wuas.
“Selain petani dan pedagang, setiap hari anak-anak SMP yang berasal dari Kampung Watu melewati jembatan ini untuk pergi ke sekolah mereka di Kampung Taga, Kota Komba Utara,” katanya.
Damasus berkata, setiap tahun sejak tahun 2021, penduduk Desa Watu dan Ndawang secara sukarela membangun kembali jembatan itu menggunakan kayu Ampupu.
Ia mengatakan, erosi aliran air membuat Sungai Wae Emas melebar hingga satu meter per tahun, yang semakin intens dalam empat tahun terakhir.
Pada tahun 2025, lanjut dia, lebar sungai itu mencapai belasan meter, membuat warga semakin kesulitan untuk mencari kayu dengan ukuran yang sama.
“Kami terpaksa menggunakan penyangga di bagian bawah jembatan agar tetap kuat sehingga bisa dilalui oleh kendaraan angkutan umum untuk sementara waktu,” katanya.
Meskipun jembatan yang dibangun tidak bisa bertahan lama, Damasus mengakui bahwa itu adalah satu-satunya pilihan agar transportasi masyarakat tidak terhambat.
Dikerjakan pada Era Yoseph Tote, Dibiarkan Rusak Saat Agas Andreas Berkuasa
Jembatan di Sungai Wae Emas awalnya dikerjakan pada tahun 2016 bersamaan dengan pengerjaan ruas jalan segmen Ladok-Koit-Taga-Watu pada masa kepemimpinan Bupati Yoseph Tote.
Mengacu pada laporan Floresa.co, media online yang berbasis di Labuan Bajo, pekerjaan jalan dan jembatan di Sungai Wae Mas diduga dikerjakan secara asal-asalan.
Hal itu disampaikan oleh beberapa warga di Desa Watu yang menyebutkan bahwa jembatan tersebut roboh atau berusia dua tahun setelah dikerjakan.
“Jembatan itu dikerjakan pada tahun 2016. Dikerjakan oleh Baba Rian dari Borong,” kata seorang warga Kampung Watu, seperti dilansir Floresa.
Pada akhir tahun 2018, Baba Ryan, sebagai kontraktor pelaksana, melakukan perbaikan jembatan itu karena statusnya masih dalam masa pemeliharaan.
Namun, hanya dua tahun kemudian, jembatan itu kembali roboh akibat derasnya aliran sungai. Sejak saat itu, warga bergotong royong membangun kembali jembatan menggunakan kayu bulat.
Damasus mengakui, awalnya mereka berjuang membangun kembali gelagar dengan campuran semen, sebelum akhirnya beralih menggunakan ampupu.
Karena hanya terbuat dari bahan yang sederhana, kata Damasus, campuran semen itu juga runtuh ke dasar sungai.
Damasus mengaku, masalah runtuhnya jembatan di Sungai Wae Emas sudah dilaporkan secara resmi oleh pemerintah desa setempat ke pemerintah daerah Manggarai Timur.
“Sudah beberapa kali dilaporkan bahwa hanya mereka (pemda) yang sengaja membiarkan hal itu,” kata Damasus kepadaSuara Flores, Jumat 29 Agustus 2025.
Pengakuan Damasus diperkuat oleh pernyataan Kepala Desa Golowuas, Kristianus Naba yang menyebutkan bahwa pihaknya sudah berkali-kali melaporkan masalah tersebut namun “tidak pernah ditanggapi secara serius” oleh pemerintah daerah Manggarai Timur.
Proyek Pembangunan Tertunda
Stefanus Wendry, warga Kampung Nio, pada 7 September mengatakan kepada Suara Flores, kerusakan yang terjadi pada jembatan yang ada di Sungai Wae Emas menyebabkan hambatan dalam pembangunan yang ada di Desa Golowuas.
Ia mengatakan, warga sangat kesulitan mencari kendaraan pengangkut material bila ingin membangun rumah atau membangun fasilitas umum.
Menurut Stefanus, sebagian besar bahan baku dibeli dari Borong, ibu kota kabupaten Manggarai Timur yang berjarak sekitar 51 kilometer dari Desa Golo Wuas.
Saat jembatan kembali rusak, kata Stefanus, biaya pengangkutan material dari Borong juga meningkat karena kendaraan pengangkut harus melewati rute yang memutar dan cenderung memakan waktu.
Rute yang disebutkannya merujuk pada jalan provinsi jalur Bealaing-Mukun-Mbazang. Jalur tersebut terhubung ke Desa Sipi, yang berjarak sekitar 12 kilometer di selatan Golo Wuas.
Meski hanya terpaut beberapa kilometer, jalannya masih berupa jalan batu (Telford) yang rentan menyebabkan pengemudi tergelincir saat hujan deras turun.
Ketangguhan jalur memicu waktu tempuh dari Golo Wuas ke Desa Sipi menjadi 1-2 jam dibandingkan 45 menit saat jalan kering.
“Waktu tempuh ke Borong yang sebelumnya hanya 3 jam kini menjadi lebih lama hingga 5-6 jam, apalagi kondisi jalan provinsi juga sangat rusak,” katanya.
Pemerintah Diminta Tidak Mengabaikan
Paulus Yohanes Yorit Poni, anggota DPRD dari Dapil IV yang mencakup wilayah Kecamatan Elar, Elar Selatan, Congkar dan Sambi Rampas meminta pemerintah Kabupaten Manggarai Timur serius menanggapi masalah jembatan di Sungai Wae Emas.
Ia mengatakan, jembatan tersebut sangat penting karena menjadi akses keluar masuk bagi warga di Kecamatan Elar Selatan, khususnya yang ada di Desa Golo Wuas.
“Jembatan ini sudah rusak sejak tujuh tahun yang lalu. Saya meminta Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur melalui Dinas PUPR segera hadir dan turun tangan menyelesaikan masalah ini,” katanya.
Yorit bersama anggota DPRD dari Kota Komba Utara, Gensius Jerabu mengunjungi Wae Emas pada Sabtu, 6 September 2025.
Ia mengaku prihatin melihat langsung kondisi jembatan itu dan berjanji akan menyuarakannya di tingkat kabupaten.
“Saya dan Pak Gen tentu tidak akan tinggal diam. Kami sepakat untuk sama-sama menyuarakan ini di lembaga DPRD,” katanya.
Yorit mengakui telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar mengalokasikan bantuan tanggap darurat bencana untuk perbaikan jembatan tersebut.
“Semoga bulan September ini atau awal Oktober sudah cair,” katanya.

Redaksi Media Suara Mabes (MSM) sebagai editor Publisher Website
Comment