SuaraMabes, Jakarta – Gelaran SCENE 2021 Masterclass pengembangan scenario film oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah selesai digelar dengan sukses. Hal itu dapat diketahui dengan dilaksanakannya masa inkubasi secara intensif pada 20 agustus – 2 september 2021 di Bogor dan ditutup dengan gelaran networking forum / pitching session pada 3 September 2021 di Jakarta yang diikuti oleh 14 peserta terpilih mewakili 4 kota pelaksanaan Surabaya, Bandung, Padhang dan Makassar.
Dari pantauan media selama melakukan liputan, seluruh tahapan gelaran SCENE tahun 2021 khususnya masa inkubasi dan networking forum terlihat sangat menarik dan inklusif.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan kepala Badan Ekonomi Kreatif DR. Sandiaga Salahudin Uno menyampaikan selamat kepada seluruh peserta yang sudah mengikuti masa inkubasi selama 14 hari di bogor. Empat belas peserta ini telah dibimbing oleh para mentor tetap dan mentor tamu diantaranya ki Slamet Rahardjo, Mbak Laili Laila, mas Rahabi Mandra dan para mentor tamu lainnya.
Sandiaga Uno mengatakan, bahwa SCENE merupakan sebuah program yang inklusif. Hal itu dibuktikan dengan terpilihnya salah satu peserta yang bernama Abdul Majid asal Surabaya adalah peserta terpilih yang juga merupakan seorang penyandang disabilitas.
Kebetulan melalui karyanya yang berjudul Blank Spot beliau tetap dapat menyalurkan kreatifitasnya untuk menuliis sebuah kisah perjuangan seorang penyandang disabilitas yang pantang menyerah dalam meraih mimpinya untuk mendaki puncak Mahameru.
“Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada peserta terpilih, selamat datang di industri kreatif film tanah air,” ujar Sandiaga Uno menutup sambutannya secara daring dari Kalsel pada opening ceremony di Jakarta.
Sementara itu, peserta SCENE 2021 Abdul Majid penyandang disabilitas netra bersyukur dan merasa beruntung dirinya dapat terpilih untuk mengikuti masa inkubasi dan networking forum sebagai puncak rangkaian acara SCENE 2021 Masterclass pengembangan scenario film oleh Kemenparekraf.
Majid mengatakan, bahwa untuk dapat mencapai tahapan ini dirinya mengeluarkan effort yang cukup keras untuk dapat bersaing dengan 80 peserta dari kota pelaksanaan Surabaya, Bandung, Padang dan Makassar. “Saya yakin seluruh karya teman-teman mempunyai kualitas dan karakteristiknya masing-masing, hal ini dapat diukur dengan semua hasil karya yang sudah melewati tahapan kurasi dari para mentor,” paparnya.
Saat disinggung terkait respon Sandiaga Uno dan program SCENE yang di klaim Inklusif, Majid mengatakan, bahwa tujuannya mengikuti event ini adalah salah satu upaya untuk mengkampanyekan isu-isu inklusi social khususnya lewat industri kreatif film tanah air.
“Saya sangat bersyukur bahwa komitmen KEMENPARRKRAF untuk berusaha menghadirkan program SCENE yang inklusif untuk penyandang disabilitas sangat perlu di apresiasi,” katanya.
“Sepanjang gelaran SCENE mulai dari kota Surabaya, tahapan inkubasi hingga networking forum berjalan inklusif. Secara pribadi kita selalu berdiskusi dengan pak Syaifulloh Agam Direktur Aplikasi , permainan, televisi dan radio, Mas Endra mewakili panitia dan juga para mentor terkait penyesuaian-penyesuaian dan model pembelajaran yang aksesibel agar dapat saya ikuti sebagai peserta dengan disabilitas netra,” jelas Majid yang juga sebagai coordinator LIRA Disability Care (LDC) itu.
“Yang juga sangat menginspirasi adalah, seluruh peserta inkubasi dari kelas Film dan kelas Series juga sanggat supportif ketika berada di kelas besar ataupun kelas parallel. Juga para mentor tetap seperti Pak Gunawan Pagaru, Mas eric Wu, Mbak Lintang, Mbak Dede Natalia dan Mbak Lina Marlina terimakasih atas semua sharing pengalamannya dan teror-teror psikologis yang terus menstimulasi pikiran kita untuk selalu dituntut menjadi kreatif,” ungkapnya.
Majid mengungkapkan, selain semua materi yang disediakan dalam format ms word, pdf dan powerpoint yang sangat aksesibel dengan laptop bicara saya, Progaram SCENE juga memberikan fasilitas pendamping / pembisik untuk membantu mendeskripsikan format materi yang berbentuk video seperti cuplikan beberapa referensi film sebagai bahan untuk developing scenario selama masa inkubasi.
Creative Challenge untuk Sandiaga Uno dari Abdul Majid Blind Script Writer pertama di Indonesia yang mulai memasuki industri kreatif film tanah air.
“Wow That was amazing, he had mentioned my name in his speech when opening the event , kata majid saat Sandiaga Uno tokoh idolanya menyapa dirinya dan judul karyanya saat membuka networking forum di sebuah hotel di Jakarta”.
“Saya bersyukur bang menteri “Sandiaga Uno” telah menangkap pesan saya terkait pentingnya mewujudkan inklusi social dalam event apapun, karena semua warga negara mempunyai hak yang sama dalam bidang apapun termasuk keterlibatan penyandang disabilitas dalam industri kreatif film tanah air,” kata Majid.
Ujar pria yang getol menyuarakan kampanye inklusi social itu, momentum ini sangat antusias menyampaikan creative challenge kepada bang menteri untuk dapat mencanagkan dan segera mewujudkan ekosistem pariwisata yang inklusif, aksesibel dan ramah bagi seluruh ragam penyandang disabilitas “sensorik, fisik, intelektual dan mental”.
“Mengapa hal ini sangat esensial?, menurut UU 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas telah disebutkan bahwa setiap warga negara / penyandang disabilitas mempunyai hak untuk mendapatkan fasilitasi di sector kebudayaan dan pariwisata. Saya yakin bang Sandi sangat paham dengan hal ini, untuk mewujudkannya hanya diperlukan good will dan political will dari leader yang paham apa yang dibutuhkan oleh rakyat, ungkapnya lagi,” tuturnya.
Majid memberikan contoh beberapa creative challenge yang ingin disampaikan kepada Sandiaga Uno diantaranya :
- Melalui event SCENE 2021, dirinya ingin mengajak para pelaku industri kreatif film tanah air untuk mulai menciptakan ekosistem dan fasilitas pertunjukkan film yang inklusif misalnya, gedung-gedung bioskop harus dapat mampu memfasilitasi penonton dari ragam disabilitas, perbanyak film dengan format yang aksesibel dengan fasilitas sign language untuk penonton bisu tuli dan narrator untuk penyandang netra.
- Melalui program Kebijakan Strategis Pariwisata Nasional “KSPN”, dirinya ingin menyampaiakan bahwa minimal seluruh kawasan pariwisata yang masuk dalam destinasi super prioritas harus mempunyai fasilitas yang inklusif, aksesibel dan ramah bagi seluruh katergori wisatawan termasuk turis penyandang disabilitas.
Selama pandemi Covid-19, seluruh warga dunia termasuk warga Indonesia merasa dibuat stress oleh situasi dan kondisi. Dengan mulai melandanya kasus covid dan mulai terwujudnya herd immunity kita yakin pandemi akan dapat kita lalui bersama.
“Maka setelah hal ini, tempat-tempat dan aktivitas yang akan banyak dicari oleh masyarakat adalah pusat-pusat plesiran untuk kembali mengaktualisasikan ekspresinya setelah tersandera oleh virus corona,” pungkas Majid Uno sapaan akrapnya. (thoy)

Redaksi Media Suara Mabes (MSM) sebagai editor Publisher Website











Comment