MediaSuaraMabes, Jakarta — Glen Nender, alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ) sekaligus Wakil Ketua Partai NasDem Jakarta Utara Bidang Media dan Komunikasi Publik, menyampaikan pandangannya terkait rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memindahkan kampus IKJ dari kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) ke Kota Tua.
Menurut Glen, kebijakan tersebut perlu dikaji ulang secara komprehensif karena berpotensi menimbulkan dampak besar terhadap ekosistem seni dan budaya di Jakarta.
“Memindahkan IKJ berarti memutus akar sejarah yang telah terbentuk selama lebih dari lima dekade. TIM bukan hanya tempat belajar, tetapi simbol perjuangan, kebebasan berekspresi, dan kolaborasi seni yang telah melahirkan banyak seniman besar Indonesia,” ujar Glen.
Ia menambahkan bahwa proses pemindahan kampus akan mengganggu kegiatan akademik dan proses belajar-mengajar yang selama ini berlangsung di lingkungan yang sudah mapan secara infrastruktur dan atmosfer seni. Terlebih, proyek pembangunan integrasi transportasi dan revitalisasi ruang publik di sekitar kota tua yang masih berjalan hingga kini yang berdampak kemacetan.
Glen juga menyoroti hasil revitalisasi TIM yang kini terlihat lebih modern, namun sayangnya semakin berorientasi komersial.
“Revitalisasi TIM memang membawa tampilan baru yang lebih megah, tetapi di sisi lain membuat para seniman dan mahasiswa kesulitan untuk bertahan. Kehadiran tenan-tenan besar dengan biaya tinggi membuat ruang berkesenian menjadi semakin sempit bagi kalangan muda dan komunitas seni lokal,” lanjutnya.
Terkait rencana pemindahan ke Kota Tua, Glen menilai langkah tersebut berpotensi menimbulkan benturan antara fungsi pendidikan seni dan upaya pelestarian cagar budaya.
“Kota Tua adalah kawasan heritage dengan aturan ketat. Sementara kampus seni membutuhkan ruang yang dinamis, eksperimental, dan bebas berekspresi. Menggabungkan keduanya tanpa perencanaan matang justru bisa mengorbankan nilai historis dan keseimbangan kawasan,” jelas Glen.
Ia menegaskan bahwa Pemprov DKI sebaiknya membuka ruang dialog dengan civitas akademika, alumni, seniman, serta masyarakat seni sebelum mengambil keputusan final.
“Yang perlu dijaga bukan hanya bangunan, tapi juga nilai dan ekosistem seni yang telah hidup di Taman Ismail Marzuki selama puluhan tahun,” tutup Glen.
Defry Mulyadi
Jurnalis DKI Jakarta

Redaksi Media Suara Mabes (MSM) sebagai editor Publisher Website
Comment