- Pemdes dan Pemuda Desa Guyangan Sambut Tahun Baru 2026 dengan Semangat Kebersamaan dan Pemberdayaan - November 11, 2025
- Ulang Tahun Dewi Kwan In, Peresmian Musholla Sembilan Bidadari dan Yayasan Sembilan Bidadari Palembang - November 10, 2025
- Nostalgia Hiburan Rakyat, Warga Abadi RT 03 Gelar Layar Tancap - November 8, 2025
MediaSuaraMabes, Sukabumi – Pandemi Covid-19 menghantan Dunia pendidikan. Hal itu salah satunya berdampak kepada nasib para Guru honorer.
Sudah lebih dari dua Tahun, Pandemi covid-19 melanda Tanah Air. Berbagai upaya dilakukan Pemerintah untuk memberikan jaminan hidup bagi masyarakat yang dirasa terdampak.
Namun, tidak semua bisa merasakan apa yang diberikan pemerintah. Para tenaga honorer, masih merasa luput dari perhatian. Padahal, keberadaan mereka sejatinya telah banyak memberikan kontribusi bagi bangsa dan tanah air ini.
Adalah wajar pada kondisi normal, para honorer memilih untuk berjibaku lagi untuk mencari pundi, selepas mengabdi. Namun nahas, untuk mendapat tambahan rupiah pun saat ini sulit, karena diterapkannya peraturan physical distancing (jaga jarak), PPKM.
Menurut salah seorang guru honorer di Kab. Sukabumi, Asep mengatakan kepada Media Suara Mabes.com sejak pandemi COVID-19, banyak guru honorer terkena dampaknya. Penyebabnya, sekolah libur sehingga banyak anak didik yang kesulitan atau enggan membayar SPP. Sementara, bagi sekolah swasta, SPP adalah tumpuan untuk biaya operasional dan gaji.
“Sehingga jangan heran banyak yayasan yang hampir pailit. Ini juga berimbas kepada gaji Guru Honorer sekolah swasta. Pendapatan mereka berkurang drastis,” jelas Asep, Selasa (14/09/2021).
Honor yang kami terima selama satu bulan sebesar 325 ribu yang kami terima setiap bulannya, biasa saja gaji yang kami Terima tersebut baru bisa cair di bulan ke 2 bahkan sampai bulan ke 3 baru bisa dicairkan, terasa seperti gaji satu minggu kerja saja.
lanjut Asep, Meski demikian, saya tetap bersyukur, selama kebutuhan jasmani masih bisa tercukupi. “Bisa makan tiga kali sehari saja sudah syukur luar biasa,”
Ditengah terbatasnya aktivitas, saya berharap masyarakat lebih kreatif dalam mencari uang tambahan demi keberlangsungan hidup, kalau saya pribadi biasanya melakukan aktivitas berjualan secara online, hasilnya lumayan lah untuk memperingan biaya kehidupan saya, ungkap Asep.
Ada juga teman saya yang beternak, bercocok tanam, jualan online, dan yang lain-lainnya, yang paling penting halal dan tidak melanggar Protokol kesehatan, tambah Asep.
Intinya kita harus bisa beradaptasi dengan kondisi sekarang, masih banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mencari uang tambahan, asalkan kita mau berusaha, dan berdoa InsyaAllah semua ada jalanya walaupun ruang gerak kita terbatas.
Sementara itu temen-teman saya diluar sana bukan saja sulit untuk mencari uang tambahan, bahkan ada juga yang diberhentikan atau dipecat karena banyak Perusahaan, restoran, rumah makan dan lainya yang mengalami defisit akibat ketakutan orang-orang untuk melakukan aktivitas seperti biasanya.
Bunga, yang juga seorang Guru honorer mengungkapkan, para Guru honorer juga harus memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi kehidupan keluarganya. Dengan penghasilan yang minim, ya kisaran 700 ribu hingga 850 ribu, bahkan nyaris tidak mendapatkan honor karena harus di rumah saja.
Para Guru honorer dituntut untuk tetap memberikan pembelajaran secara online kepada para siswanya, dituntut untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam menyerap perkembangan teknologi, termasuk penguasaan perangkatnya sebagai sarana melakukan pembelajaran secara online.
Dalam kondisi seperti ini, sungguh sangat miris, nasib para Guru honorer ini. Di sinilah perlunya kepedulian dari semua pihak untuk memberikan perhatian secara serius terutama bagi para Guru honorer, Jasa dan pengabdian para guru honorer sungguh luar biasa, dengan segala keterbatasan, mereka tetap mengabdikan dirinya untuk mencerdaskan anak-anak bangsa.
Meski pemerintah berjanji untuk memberikan bantuan bagi tenaga honorer, hal itu sebatas harapan. Karena syarat utamanya adalah terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. Sementara rata-rata tenaga honorer di Kab. Sukabumi ini banyak yang tidak memiliki BPJS ketenagakerjaan itu.
Dan Sampai sekarang bantuan pemerintah itu, baru satu kali terealisasi, sebaliknya untuk masyarakat yang bukan tenaga honorer sudah banyak yang mendapatkan bantuan seperti BLT, UMKM, dan bantuan sosial lainya.
Kami hanya bisa berharap dan berharap, tolonglah Pemerintah memperhatikan nasib guru honorer dan tenaga honorer seperti kami ini.
Kenyataannya, untuk mendapatkan BPJS Ketenagakerjaan sangat sulit dan rumit, jadi tidak ada harapan lebih bagi para tenaga honorer, kerna syarat utama untuk mendapatkan bantuan tersebut adalah mempunyai BPJS Ketenagakerjaan.
Sedikit gambaran, dalam lingkup Sukabumi saja mungkin hanya sekitar 10 persen tenaga honorer yang punya BPJS, sisanya bagaimana?” cetusnya.
Kami bosan dengan janji-janji pemerintah. Menurutnya (Asep) , jika pemerintah serius akan memperhatikan nasib tenaga guru honorer, yang harus dilakukan adalah melakukan pendataan melalui instansi terkait yang mempekerjakan jasa tenaga guru honorer. Jika hal itu dilakukan, akan terasa lebih adil.
Namun, baginya dan juga para tenaga guru honorer lain, bantuan untuk pandemi bukanlah yang utama. Jauh lebih itu. Yang dinanti adalah komitmen pemerintah soal nasib dan status mereka,
“Dengan kondisi Covid-19 sekarang ini, ada problem yang cukup besar. Yaitu ada segmen yang tidak dihitung sama sekali. Artinya tidak masuk pada kartu prakerja, tidak masuk juga pada program belanja sosial lainnya, tidak masuk dalam Program Keluarga Harapan (PKH), yaitu adalah tenaga honorer,’ kata Asep
Dengan ditetapkannya Perbup tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan Covid-19 Di Kabupaten Sukabumi, semoga dapat mengakhiri masa Pandemi ini,
Semoga Masyarakat Sukabumi khususnya bisa menerapkan Protokol kesehatan di kehidupan sehari-hari agar dapat mengakhiri masa pandemi Covid-19 yang Sedang mewabah, agar kita bisa beraktivitas seperti biasanya, Amin, Amin, Amin. Harapan para tenaga honorer. Pungkasnya.
Reporter” ( Soni / Jibril )









Comment