MediaSuaraMabes, Banda Aceh – Bagi seseorang yang dianggap teman, kedekatan bukan dinilai dari apa yang diberikan, tetapi dari bagaimana ia bersikap setelah menerima kebaikan. Hal itulah yang kini menjadi luka paling dalam bagi Surjana, setelah sembilan tahun menjalani hubungan pertemanan yang ternyata hanya berjalan satu arah.
Sebelum memperoleh uang ratusan juta rupiah dan satu unit Toyota Fortuner BL 555 FS, Faisal — pria yang bekerja di Kantor Notaris/PPAT Nadia, S.H., M.Kn. — dikenal sangat dekat dan penuh perhatian. Ia sering mengajak makan siang, makan malam, dan menunjukkan sikap seolah dirinya adalah sahabat yang bisa dipercaya.
Makan siang bersama, berbagi cerita, dan berbagai pertemuan informal menjadi aktivitas rutin yang membangun rasa percaya. Tidak hanya itu, Faisal bahkan kerap meminta Surjana untuk menemuinya di berbagai tempat, dan beberapa kali mengantar jemput ke hotel, seakan ingin menunjukkan kedekatan personal yang tulus.
Namun, waktu membuktikan bahwa semua keramahan itu ternyata memiliki motif.
Setelah Mendapat Uang dan Mobil, Sikap Berubah 180 Derajat
Begitu uang mulai mengalir ke rekening Faisal, dan setelah Toyota Fortuner yang dibeli dari uang Surjana berpindah tangan ke penguasaannya, sikap itu hilang seketika.
Telepon yang dulu cepat diangkat, kini tak pernah dijawab.
Pesan-pesan yang dulu dibalas dengan hangat, kini dibiarkan centang dua tanpa jawaban.
Pertemuan yang dulu Faisal sendiri yang mengatur, berubah menjadi penghindaran yang sistematis.
Bahkan ketika Surjana mencoba menghubungi melalui berbagai cara, hasilnya sama: Faisal menghilang, seolah hubungan bertahun-tahun tidak pernah ada.
Perlakuan itu semakin menegaskan dugaan bahwa kedekatan Faisal selama ini bukan ketulusan, melainkan strategi untuk mendapatkan apa yang ia inginkan: uang dan fasilitas yang bukan menjadi haknya.
Faisal Memainkan Peran Teman Tapi Mesra (TTM) Untuk Mengambil Keuntungan
Menurut penuturan Surjana, perubahan sikap Faisal setelah mendapatkan apa yang ia mau sangat mencolok:
Sebelumnya:
• Sangat dekat
• Sering mengajak makan siang dan malam
• Komunikatif
• Menawarkan bantuan dan perhatian
• Mengantar-jemput, bahkan ke hotel
Setelah mendapatkan uang lebih dari Rp 931 juta dan mobil Fortuner:
• Nomor telepon sulit dihubungi
• Pesan tidak dibalas
• Menghindar dari panggilan
• Tidak menunjukkan itikad baik dalam penyelesaian kewajiban
• Justru memilih mencari pengacara untuk berlindung dari tanggung jawab
Kedekatan yang awalnya penuh kehangatan berubah menjadi jarak yang dingin dan penuh penghindaran. Surjana menyebutnya sebagai “kedok pertemanan” yang hanya dipakai saat masih membutuhkan.
“Manis Saat Butuh, Menghilang Saat Tujuan Tercapai”
Jika ditarik benang merah, pola sikap Faisal tampak jelas:
manis ketika butuh, menghilang ketika tujuan tercapai.
Fakta bahwa Faisal bekerja di lingkungan hukum — tempat kejujuran harusnya menjadi prinsip dasar — justru membuat tindakan ini terasa jauh lebih melukai.
Manisnya Tipu Daya, Pahitnya Pengkhianatan
“Setelah habis menghisap madu, lebah biasanya pergi mencari bunga lain. Namun berbeda dengan Faisal—ia bukannya mencari bunga lain, tetapi justru meninggalkan racun pada orang yang dulu memberinya kepercayaan. Manis yang ia cicipi hari ini, akan berubah menjadi getir pada waktunya.”
- BSI KC Ahmad Dahlan di Bawah Sorotan: Dugaan Manipulasi Data P3A Mencuat - November 27, 2025
- Faisal: TTM yang Berujung Tipu Daya - November 27, 2025
- Polres Pidie Turunkan Personel dan Perahu Karet Bantu Warga Terdampak Banjir - November 27, 2025









Comment