Sifat Atau Gangguan? Membedah Perbedaan Narsis dan NPD

MediaSuaraMabes, Sumbar – Dalam media sosial, istilah ‘NPD’ kerap kali disalah gunakan. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, kita umumnya menganggap bahwa narsis dan NPD merupakan hal yang sama.

Ketika melihat seseorang yang sombong, egois dan haus akan pujian, tak jarang kita menyebutnya sebagai NPD. Memang benar bahwa hal tersebut merupakan ciri-ciri dari NPD. Namun yang perlu diketahui adalah NPD jauh lebih kompleks dan mempengaruhi kehidupan seseorang secara serius dibanding narsis.

Lalu apa itu NPD sebenarnya? Dan apa bedanya Narsis dengan NPD?.

Narsis digunakan untuk menggambarkan orang yang mencintai dirinya sendiri. Dalam batas tertentu, kecintaan pada diri sendiri dapat dianggap sebagai hal yang normal, individu yang suka mencari perhatian, suka berdandan dan suka mengagumi dirinya sendiri dapat dikatakan sebagai narsis.

Namun bila perasaan cinta terhadap diri sendiri tersebut berlebihan dan bersifat mengganggu orang lain ataupun diri sendiri maka dapat dianggap sebagai penyimpangan atau gangguan kepribadian, yang dikenal sebagai gangguan kepribadian narsistik (NPD).

Narcissistic Personality Disorders (NPD) merupakan salah satu jenis gangguan mental yang dimana seseorang tersebut terlalu mengagungkan dirinya sendiri, sehingga menimbulkan fantasi berlebih terhadap dirinya.

Orang dengan gangguan kepribadian narsistik merasa bahwa dirinya merupakan seseorang yang penting dan unik. Oleh karena itu, mereka cenderung kurang menghargai perasaan orang lain dan sulit untuk menerima kritik dari orang lain.

Menurut DSM-V yang dikembangkan oleh American Psychiatric Association (APA). Seseorang yang memiliki lima atau lebih ciri-ciri di bawah ini, dapat memiliki kemungkinan mengalami gangguan kepribadian Narsistik.
• Merasa diri sendiri paling hebat dibanding orang lain.
• Fantasi berlebih mengenai kesuksesan, kekuasaan, kecantikan, atau cinta sejati.
• Keyakinan bahwa dirinya “istimewa” dan hanya pantas berhubungan dengan orang yang “istimewa” juga.
• Kebutuhan yang besar akan kekaguman dan pujian dari orang lain.
• Merasa berhak untuk diperlakukan secara istimewa
• Mengeksploitasi hubungan dengan orang lain untuk tujuan pribadi
• Kurangnya empati.
• Iri pada orang lain atau merasa orang lain iri kepadanya.
• Sikap atau perilaku yang angkuh

Berdasarkan keterangan korban yang pernah menjalin hubungan dengan seseorang yang mengalami NPD menggambarkan sejumlah ciri-ciri, antara lain:
• Love bombing di awal hubungan, diikuti perubahan sikap tiba-tiba.
• Gaslighting yang membuat penyintas meragukan persepsi diri.
• Kurangnya empati dalam situasi emosional.
• Perilaku manipulatif dan kontrol berlebihan.
• Eksploitasi emosional dan sosial.
• Sikap arogan di depan umum tetapi berbeda secara pribadi.

Banyak korban NPD melaporkan bahwa hubungan dengan seseorang yang mengalami NPD bersifat melelahkan, membingungkan, dan merusak kepercayaan diri.

Menangani seseorang dengan gangguan kepribadian narsistik (NPD) bukanlah hal yang mudah. Orang dengan NPD biasanya tidak merasa bahwa dirinya bermasalah, sehingga jarang untuk mencari bantuan dokter atau psikolog, kecuali ketika mereka mengalami depresi atau terjebak dalam konflik hubungan yang sangat berat. Banyak dari mereka memandang masalah yang muncul sebagai kesalahan orang lain, bukan dirinya. Hal ini menjadi tantangan proses penyembuhan penderita NPD.

Sulit bukan berarti tidak mungkin. Terdapat berbagai cara untuk menyembuhkan seseorang dengan gangguan kepribadian narsistik. Dalam dunia psikologi, pendekatan yang paling efektif adalah terapi yang bersifat kolaboratif, bukan menggurui. Psikolog bekerja bersama penderita untuk membantu mereka:
• Melihat kemampuan diri secara lebih realistis,
• Memahami sudut pandang dan perasaan orang lain,
• Mengurangi kebiasaan mengartikan situasi dengan cara yang terlalu mengagungkan diri.

Proses ini biasanya dilakukan melalui teknik-teknik kognitif, yang membantu penderita memperbaiki pola pikir lama yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Proses penyembuhan seseorang dengan NPD tidak terjadi dalam waktu singkat. Bahkan, banyak penderita yang menghentikan terapi begitu mereka merasa sedikit lebih baik atau ketika konflik mulai mereda. Ketekunan menjadi tantangan utama, baik bagi penderita maupun psikolog.

Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai acuan untuk melakukan Self-diagnosis. NPD membutuhkan diagnosis dan penanganan oleh tenaga professional Kesehatan mental. Jika anda merasa mengalami gejala-gejala tersebut, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikolog.

Afrinaldo

Comment