Media Online Ini Rayakan Ulang Tahun di Hotel Bintang Lima

MediaSuaraMabes, Kalbar – Kita kendorkan urat saraf sedikit. Soal prahara PBNU, nanti kita lanjutkan lagi. Saya nak cerita soal media online. Media yang menggusur keberadaan media cetak. Ada media lokal Kalbar, perkembangannya luar biasa. Simak narasinya sambil seruput Koptagul, wak!

Pagi tadi, ketika saya masih sibuk menata angle hidup, apakah hari ini akan saya buka dengan straight news atau feature penuh perasaan, masuklah sebuah pesan dari Kundori. Bukan pesan biasa. Bukan broadcast jualan madu. Tapi undangan resmi anniversary Suara Kalbar yang ke-8.

Saya membukanya dengan hati-hati, seolah membongkar kotak hitam pesawat jurnalistik. Di situ tertulis jelas, tempat acara Hotel Four Point by Sheraton. Ini hotel bintang lima pertama di Bumi Khatulistiwa. Sungguh, alis saya langsung naik setengah halaman, koma saya terpeleset, dan tanda seru saya jatuh dari rak. Tahun lalu saja acaranya di Hotel Mercure, prestisius, mewah. Tapi tahun ini? Bukan naik level lagi, ini sudah kayak rubrik Metropolis pindah ke Headline Internasional.

Saya membayangkan acara tanggal 27 November 2025, mulai 18.30 – selesai, diawali makan bersama. Lengkap dengan pembukaan MC, menyanyikan Indonesia Raya, sambutan Founder, sambutan Gubernur Kalbar, pengukuhan Forum Media Suara Kalbar Network, penyerahan piagam, pemotongan tumpeng, hingga sesi ramah-tamah. Susunan acaranya rapi, tertib, seperti struktur berita ideal, 5W+1H yang tidak meleset meski sedikit pun.

Jujur, saya merasa bangga. Bangga tapi sambil tersenyum dalam hati. Sebab siapa sangka, CEO Suara Kalbar yang kini berdiri gagah memakai batik di panggung hotel bintang lima itu… dulu hanyalah anak magang di bawah komando saya. Ketika itu saya masih Kepala Biro Harian Equator di Kabupaten Landak. Waktu itu, Kundori masih mahasiswa. Ia datang dengan wajah polos tapi niat setebal buku panduan redaksi. Saya ajarkan ia teknik jurnalistik. Mulai dari cara menaklukkan lead, cara meninju paragraf pertama agar pembaca tidak kabur, cara memburu narasumber yang lari ke toilet untuk menghindari wawancara.

Tamat kuliah, ia pun menjadi wartawan di media saya bekerja, Harian Equator Grup Jawapos. Stabil, penuh rutinitas, banyak liputan, gaji lumayan, kehidupan wartawan pada umumnya. Tapi kemudian ia melakukan sebuah keputusan yang lebih dramatis dari soft headline, resign dan mendirikan media online.

Pada zaman itu, mendirikan media online sama saja dengan membuka warung kopi di tengah hutan tanpa plang. Ada tapi seperti tidak ada. Media online dianggap kelas bawah, “sekedar blog panjang,” “bukan media beneran.” Tapi Kundori tidak peduli. Ia menulis, mengedit, mengunggah, membangun jaringan, dan merawat Suara Kalbar dengan disiplin.

Pelan tapi pasti, SuaraKalbar.co.id tumbuh. Bukan tumbuh seperti rumput liar, tetapi seperti gedung bertingkat. Ditata, dihitung, diukur. Bahkan sampai terverifikasi administratif dan faktual oleh Dewan Pers. Ini prestasi yang sebagian media online lain hanya bisa mimpikan sambil memeriksa pageview.

Sementara itu, saya? Saya sudah meninggalkan dunia jurnalistik secara formal. Namun, jiwa jurnalistik saya tetap tumbuh. Saya yang dulu mengajarinya piramida terbalik, kini justru menonton dari tribun, melihat anak magang saya naik panggung megah, memimpin kerajaan medianya sendiri. Sungguh plot twist yang bahkan penulis feature pun jarang berani tulis.

Melihat undangan pagi tadi, saya sadar sesuatu, dalam ilmu jurnalistik, kami diajarkan, berita yang baik adalah berita yang berkembang. Rupanya manusia juga begitu. Ada yang berhenti menjadi paragraf pertama, ada yang tumbuh menjadi keseluruhan koran edisi Minggu.

Oh iya, kelupaan. Kundori sendiri saat ini adalah Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalbar. Di bawah komandonya mendorong seluruh wartawan memiliki Sertifikasi Kompetensi Wartawan (SKW). Begitu juga medianya, harus terverifikasi di Dewan Pers.

Selamat ulang tahun ke-8, Suara Kalbar. Jaya terus dan teruslah memberikan informasi terbaik untuk negeri ini. (Hepni)

Foto Ai hanya ilustrasi

#camanewak
Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar

Hepni Jaya Kusuma

Comment